Bukan hanya sebagai sebuah seni atau hiburan, musik juga memiliki efek terapheutik (penyembuhan) bagi tubuh. Bahkan segala jenis suara yang kita dengar sehari-hari juga memiliki atau memberikan efek tertentu bagi tubuh.
Mendengarkan musik apapun yang disenangi, bersenandung atau bernyanyi ketika melakukan suatu aktifitas bukanlah hal yang rumit. Aktifitas musikal sekecil apapun memberikan efek penyembuhan yang dapat dilakukan siapa saja dan dimana saja.
Hal ini sebenarnya sudah sering kita lakukan, tetapi biasanya tidak disertai kesadaran dan kepekaan bahwa tubuhnya sedang menala getar.
Memang tidak ada yang mudah tapi juga tidak ada yang rumit.
Setiap orang dapat menjadi penyembuh bagi dirinya sendiri asal memahami sejauh mana kepekaannya terhadap suara.
Diyakini bahwa, suara merupakan elemen awal dan akhir bagi kehidupan. Seperti sering disampaikan bahwa indera yang pertama kali berkembang pada janin ketika masih didalam kandungan adalah indera pendengaran. Pada orang yang baru meninggal pun indera yang terakhir tidak berfungsi adalah pendengaran.
Tetapi tidak semua orang peka terhadap empat elemen musikal yang selalu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu: warna suara, melodi, irama dan dinamika. Sebuah kepekaan selain merupakan bawaan juga perlu dilatih agar dapat berkembang maksimal. Untuk itulah ada istilah “mendengar” dan “mendengarkan” musik sebagai aktifitas untuk mempertajam kecerdasan pendengaran.
Bedanya adalah aktifitas “mendengar” biasanya diakukan sambil lalu sedangkan “mendengarkan” membutuhkan konsentrasi agar benar-benar menyadari apa yang sedang didengarkan.
Mengembangkan kecerdasan pendengaran.
Semua orang memiliki kemampuan dan kecerdasan pendengaran yang dapat ditingkatkan melalui banyak mendengarkan. Biasanya dalam sebuah terapi musik yang menggunakan perlakuan mendengarkan musik, tidak harus musik dalam bentuk lagu utuh. Tetapi cukup mendengarkan suara tertentu dengan irama dan dinamika tertentu. Misalnya suara gemericik air yang dapat dibuat sendiri.
Ada cara yang lebih efektif bagi mereka yang ingin meningkatkan kepekaan. Yaitu dengan duduk diam dalam beberapa waktu, menenangkan pikiran dan mendengarkan sumber suara apapun yang masuk. Bila kita melatih seni mendengar ini biasanya kita akan semakin peka dan dapat mendengar lebih dari apa yang biasanya diterima telinga. Suara detak jantung, helaan nafas bahkan sangat mungkin sistem saraf sekalipun.
Otak, tulang, kulit dan organ vital lainnya akan menjadi “telinga” yang dapat mendengar berbagai suara dan memberi efek kenyamanan. Mendengar adalah aktifitas pasif sedangkan mendengarkan adalah aktifitas aktif karena membutuhkan perhatian.
Misalnya dalam kehidupan sehari-hari ketika kita berada di pasar atau dimanapun tempat yang ramai kita mendengar berbagai jenis suara yang biasanya tidak kita respons. Sedangkan mendengarkan adalah mendengar apa yang terjadi lalu meluaskan perhatian kearah tertentu.
Alam sendiri sebenarnya telah menyediakan musik, mulai dari kicau burung, bunyi angin yang sepoi-sepoi, suara gemericik air di sungai, bahkan keheningan malam.
Ada kepercayaan bahwa tubuh kita adalah suatu instrumen penyembuh diri karena memiliki skema genetis menuju kearah kesehatan. Karena itulah seseorang menjadi sakit bila kehilangan keseimbangan sistem yang menuju kearah kesehatan tersebut dalam susunan tubuh yang sangat kompleks.
Suara dan musik dapat mengembalikan “gema” alami tubuh tersebut sehingga kembali seimbang dan kondisi kesehatanpun kembali membaik. Berbagai sistem dalam tubuh akan bereaksi terhadap getaran suara seperti yang terjadi pada kesadaran, emosi dan mental spiritual seseorang.
Memang seseorang tidak harus belajar secara khusus memberi perhatian bagaimana hal tersebut terjadi pada dirinya. Hal ini terjadi melalui perasaan bukan melalui serangkaian proses pengobatan. Seseorang hanya perlu mempehatikan irama hidupnya dengan peka terhadap keadaan sekitarnya. Dipercaya bahwa otak manusia memiliki sirkuit khusus atau zat kimia yang bila tersentuh getaran suara memberikan respons emosi bagi pemiliknya.
Suara dan musik telah disepakati manjadi suatu hal yang penting dalam proses penyembuhan. Dalam beberapa situasi, bahkan dapat sebagai pengganti obat. Tetapi dalam semua situasi, musik tetap dapat dihadirkan sebagai aktifitas suplemen yang menyenangkan. Suara musik, masuk kedalam tubuh melalui getaran dan mempengaruhi sel dalam tubuh dengan pengaruh yang energetik. Menenangkan pikiran dan tubuh atau memiliki efek emosional. Pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi psikologis menjadi lebih baik.
Terapi musik sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menangani gangguan secara langsung, seperti misalnya pengobatan seorang dokter. Musik bekerja secara holistik (menyeluruh) melalui kekuatan emosi.
Musik sebagai suara hanya dapat diterima melalui pendengaran dan secara langsung bersentuhan dengan sistem limbik dalam tubuh sebagai sumber emosi. Maka kata kunci dalam terapi musik adalah respons emosi, baik emosi dasar maupun musikal.
Pada awalnya perkembangan terapi musik diakui didominasi dalam kerangka medis, dan hanya dipahami melalui dukungan bukti-bukti psikologis. Misalnya hubungan antara mendengarkan musik dengan perubahan yang dialami melalui pengukuran detak jantung, pernapasan, metabolisme tubuh, refleks otot termasuk gelombang elektrik melalui tubuh.
Selanjutnya disimpulkan bahwa efektivitas elemen irama memiliki kemampuan stimulus (merangsang). Irama sekaligus memiliki peran penting yang makin meneguhkan diri sebagai salah satu teknik terapi musik dalam penyembuhan terhadap gangguan otak, kesulitan belajar dan psikosis.
Tidak mudah untuk memisahkan efek irama terhadap emosi dan aspek fisiologis. Musik memiliki potensi untuk mempengaruhi kinerja fisiologis dan psikologis.
Beberapa contoh efektivitas terapi musik adalah menyadarkan pasien koma, membebaskan kesulitan gerak pasien parkinson. Juga berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh untuk mengurangi rasa sakit, stres serta menurunkan tingkat kecemasan.
Wednesday, March 23, 2011
Musik sebagai Penyembuh
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment