Nothing's Impossible. Music makes miracle

Wednesday, March 23, 2011

Dampak Buruk Blackberry


Memiliki telepon seluler pintar semacam Blackberry memang menyenangkan. Tak hanya menghibur, tapi juga bermanfaat untuk pekerjaan. Tak heran jika jumlah penggunanya terus meningkat di seluruh dunia.
Namun, di balik nilai positif yang ditawarkan, perangkat canggih itu ternyata menyimpan sejumlah efek buruk yang dapat mengganggu kesehatan penggunanya.

1. Membuat ketagihan
Perangkat telepon seluler pintar ini begitu mudah membuat pemiliknya merasa kecanduan. Studi Rutgers University pada 2006 menyimpulkan, Blackberry dan perangkat serupa memicu kenaikan penggunaan internet yang cukup signifikan, namun berdampak buruk bagi kesehatan mental.
2. Mengganggu tidur
Dengan layanan internet 24 jam, perangkat Blackberry akan bergetar atau berdering setiap saat, ketika ada email dan pesan singkat masuk. Dan setiap saat pula, pengguna akan memainkan Blackberry-nya, termasuk ketika sudah berada di tempat tidur. Tak jarang pula, pengguna begitu sensitif dengan getar Blackberry, sehingga mudah terbangun dari tidur untuk membuka pesan yang masuk.
Kebiasaan menyanding Blackberry di tempat tidur inilah yang akhirnya membuat tidur tak berkualitas. Dampak selanjutnya, tentu menyerang kesehatan. Bukan rahasia lagi bahwa rendahnya kualitas tidur berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.
Sebuah penelitian mengungkap, pengguna Blackberry yang memiliki kebiasaan memainkannya sebelum tidur rentan mengalami insomnia, sakit kepala, dan kesulitan berkonsentrasi. Penelitian yang dilakukan Uppsala University di Swedia menambahkan bahwa radiasi telepon seluler bisa mengganggu aktivitas tidur.
3. Memicu cemas
Memiliki telepon selular cerdas semacam Blackberry memang menyenangkan bagi sebagian orang. Dengan Blackberry, aktivitas berkirim email, chatting, hingga berselancar di internet bisa dilakukan bersamaan, kapan saja, dan di mana saja. Banyak pula yang mengandalkannya untuk urusan pekerjaan.
Studi yang dilakukan MIT’s Sloan School of Management pada 2007 mengungkap, penggunaan Blackberry membentuk budaya stres di tempat kerja. Fasilitas internet 24 jam yang dijagokan telepon seluler pintar itu mengacaukan waktu luang pekerja. Tugas dan hal-hal yang menyangkut pekerjaan bisa hadir kapanpun, termasuk kala sedang libur.
4. Melemahkan otak
Di balik kemudahan yang diberikan, Blackberry berisiko melemahkan daya konsentrasi penggunanya. Karakternya yang mampu membuat pengguna melakukan sejumlah hal dalam waktu bersamaan (multitasking) cenderung membuat seseorang kesulitan menyerap informasi lantaran fokusnya mudah beralih dari satu hal ke hal lain.
“Sebagai multitasker, otak mereka dibanjiri terlalu banyak informasi, akibatnya mereka tidak selektif lagi untuk memilah informasi yang penting dengan cepat,” kata Dr David W Goodman, Direktur Pusat Gangguan Psikologis di Maryland, Baltimore.
Untuk itu, ia menyarankan para pengguna Blackberry agar tak mengaktifkan jaringan internetnya selama 24 jam. “Buat jadwal untuk membuka email, misalnya satu jam sekali, atau dua jam sekali,” kata Goodman. “Jangan menjadikan diri sebagai budak getar atau dering Blackberry.”.

source: suaramedia.com
Read more...

Musik sebagai Penyembuh


Bukan hanya sebagai sebuah seni atau hiburan, musik juga memiliki efek terapheutik (penyembuhan) bagi tubuh. Bahkan segala jenis suara yang kita dengar sehari-hari juga memiliki atau memberikan efek tertentu bagi tubuh.
Mendengarkan musik apapun yang disenangi, bersenandung atau bernyanyi ketika melakukan suatu aktifitas bukanlah hal yang rumit. Aktifitas musikal sekecil apapun memberikan efek penyembuhan yang dapat dilakukan siapa saja dan dimana saja.

Hal ini sebenarnya sudah sering kita lakukan, tetapi biasanya tidak disertai kesadaran dan kepekaan bahwa tubuhnya sedang menala getar.
Memang tidak ada yang mudah tapi juga tidak ada yang rumit.
Setiap orang dapat menjadi penyembuh bagi dirinya sendiri asal memahami sejauh mana kepekaannya terhadap suara.

Diyakini bahwa, suara merupakan elemen awal dan akhir bagi kehidupan. Seperti sering disampaikan bahwa indera yang pertama kali berkembang pada janin ketika masih didalam kandungan adalah indera pendengaran. Pada orang yang baru meninggal pun indera yang terakhir tidak berfungsi adalah pendengaran.
Tetapi tidak semua orang peka terhadap empat elemen musikal yang selalu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu: warna suara, melodi, irama dan dinamika. Sebuah kepekaan selain merupakan bawaan juga perlu dilatih agar dapat berkembang maksimal. Untuk itulah ada istilah “mendengar” dan “mendengarkan” musik sebagai aktifitas untuk mempertajam kecerdasan pendengaran.

Bedanya adalah aktifitas “mendengar” biasanya diakukan sambil lalu sedangkan “mendengarkan” membutuhkan konsentrasi agar benar-benar menyadari apa yang sedang didengarkan.

Mengembangkan kecerdasan pendengaran.

Semua orang memiliki kemampuan dan kecerdasan pendengaran yang dapat ditingkatkan melalui banyak mendengarkan. Biasanya dalam sebuah terapi musik yang menggunakan perlakuan mendengarkan musik, tidak harus musik dalam bentuk lagu utuh. Tetapi cukup mendengarkan suara tertentu dengan irama dan dinamika tertentu. Misalnya suara gemericik air yang dapat dibuat sendiri.

Ada cara yang lebih efektif bagi mereka yang ingin meningkatkan kepekaan. Yaitu dengan duduk diam dalam beberapa waktu, menenangkan pikiran dan mendengarkan sumber suara apapun yang masuk. Bila kita melatih seni mendengar ini biasanya kita akan semakin peka dan dapat mendengar lebih dari apa yang biasanya diterima telinga. Suara detak jantung, helaan nafas bahkan sangat mungkin sistem saraf sekalipun.

Otak, tulang, kulit dan organ vital lainnya akan menjadi “telinga” yang dapat mendengar berbagai suara dan memberi efek kenyamanan. Mendengar adalah aktifitas pasif sedangkan mendengarkan adalah aktifitas aktif karena membutuhkan perhatian.

Misalnya dalam kehidupan sehari-hari ketika kita berada di pasar atau dimanapun tempat yang ramai kita mendengar berbagai jenis suara yang biasanya tidak kita respons. Sedangkan mendengarkan adalah mendengar apa yang terjadi lalu meluaskan perhatian kearah tertentu.

Alam sendiri sebenarnya telah menyediakan musik, mulai dari kicau burung, bunyi angin yang sepoi-sepoi, suara gemericik air di sungai, bahkan keheningan malam.

Ada kepercayaan bahwa tubuh kita adalah suatu instrumen penyembuh diri karena memiliki skema genetis menuju kearah kesehatan. Karena itulah seseorang menjadi sakit bila kehilangan keseimbangan sistem yang menuju kearah kesehatan tersebut dalam susunan tubuh yang sangat kompleks.

Suara dan musik dapat mengembalikan “gema” alami tubuh tersebut sehingga kembali seimbang dan kondisi kesehatanpun kembali membaik. Berbagai sistem dalam tubuh akan bereaksi terhadap getaran suara seperti yang terjadi pada kesadaran, emosi dan mental spiritual seseorang.

Memang seseorang tidak harus belajar secara khusus memberi perhatian bagaimana hal tersebut terjadi pada dirinya. Hal ini terjadi melalui perasaan bukan melalui serangkaian proses pengobatan. Seseorang hanya perlu mempehatikan irama hidupnya dengan peka terhadap keadaan sekitarnya. Dipercaya bahwa otak manusia memiliki sirkuit khusus atau zat kimia yang bila tersentuh getaran suara memberikan respons emosi bagi pemiliknya.

Suara dan musik telah disepakati manjadi suatu hal yang penting dalam proses penyembuhan. Dalam beberapa situasi, bahkan dapat sebagai pengganti obat. Tetapi dalam semua situasi, musik tetap dapat dihadirkan sebagai aktifitas suplemen yang menyenangkan. Suara musik, masuk kedalam tubuh melalui getaran dan mempengaruhi sel dalam tubuh dengan pengaruh yang energetik. Menenangkan pikiran dan tubuh atau memiliki efek emosional. Pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi psikologis menjadi lebih baik.

Terapi musik sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menangani gangguan secara langsung, seperti misalnya pengobatan seorang dokter. Musik bekerja secara holistik (menyeluruh) melalui kekuatan emosi.

Musik sebagai suara hanya dapat diterima melalui pendengaran dan secara langsung bersentuhan dengan sistem limbik dalam tubuh sebagai sumber emosi. Maka kata kunci dalam terapi musik adalah respons emosi, baik emosi dasar maupun musikal.

Pada awalnya perkembangan terapi musik diakui didominasi dalam kerangka medis, dan hanya dipahami melalui dukungan bukti-bukti psikologis. Misalnya hubungan antara mendengarkan musik dengan perubahan yang dialami melalui pengukuran detak jantung, pernapasan, metabolisme tubuh, refleks otot termasuk gelombang elektrik melalui tubuh.

Selanjutnya disimpulkan bahwa efektivitas elemen irama memiliki kemampuan stimulus (merangsang). Irama sekaligus memiliki peran penting yang makin meneguhkan diri sebagai salah satu teknik terapi musik dalam penyembuhan terhadap gangguan otak, kesulitan belajar dan psikosis.

Tidak mudah untuk memisahkan efek irama terhadap emosi dan aspek fisiologis. Musik memiliki potensi untuk mempengaruhi kinerja fisiologis dan psikologis.
Beberapa contoh efektivitas terapi musik adalah menyadarkan pasien koma, membebaskan kesulitan gerak pasien parkinson. Juga berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh untuk mengurangi rasa sakit, stres serta menurunkan tingkat kecemasan.
Read more...

History of Domo-Kun



Domo-kun, originally created in 1998 as a mascot to promote NHK's satellite broadcast services, has been enjoying great popularity worldwide. A series of Domo-kun puppet animation programs, newly made for overseas markets, has been sold in more countries than Oshin, NHK's popular 1980s morning drama series.

The broadcast of the animation program also started in Japan last month in the wake of its popularity abroad. But why is a character with the physique of a sofa cushion and a gaping smile, looking run-down and laid-back and saying nothing but "domo," so popular?

Domo-kun first appeared in short stop-motion sketches in December 1998 to mark the 10th anniversary of NHK's satellite broadcasting.

The sketches are about the relaxed days of Domo-kun, a strange creature that hatched from an egg that had fallen into a cave where Usajii, an old rabbit, was leading a secluded life. Other characters appearing in the sketches include a girl weasel named Ta-chan.

The main character is said to have been named Domo-kun as it became able to say only "domo" after former NHK announcer Shizuo Yamakawa, who happened to be appearing onscreen when Domo-kun was hatched, uttered the word.

The meaning of "domo" varies by context, but it often can be translated as "hello" or "thanks."

Even in this era when computer graphics are considered a universal solution, the creation of puppet animation such as the Domo-kun featurettes requires a lot of hands-on labor. Animators have to change the position or pose of the puppets little by little to act out the scenes.

Since the work requires a lot of money, too, Domo-kun animation sketches usually last for only six seconds. Even the longest version only lasted for about 30 seconds.

But fans of Domo-kun were increasing in unexpected areas. A survey by NHK on the use of its various programs without permission on the Internet revealed that images of Domo-kun were being collected mainly by North American students.

Domo-kun then caught the eye of television program producers overseas, who asked NHK if it had more substantial programs featuring Domo-kun.

In response to the growing popularity and requests, NHK decided to make a more fleshed-out Domo-kun television program. When it showed a five-minute pilot program two years ago at an international trade fair of television programs, NHK was deluged with inquires from foreign TV stations, particularly those specializing in children's programs.

"Puppet animation was originally strong in countries like Britain and Czechoslovakia. People in other countries seem to have been surprised that Japan also produces this kind of animation. They also were attracted by the charm of Domo-kun as a character," said Atsushi Oshida, the head of the character business department at NHK Enterprise Inc.

Having increased the number of characters in Domo-kun's world, NHK made 26 two-minute episodes, mainly targeting the North American market.

When it comes to the export of Japan-made television programs, many may recall Oshin, an NHK morning drama series written by Sugako Hashida, about a poor woman who endures hardships on her way to success. Oshin eventually aired in 64 countries and territories

But the long-awaited Domo-kun programs have already been sold to 115 countries and regions, including Britain, France and the United States. Broadcasting has already begun Italy, Singapore and some other countries.

"I think, regardless of nationality, people are attracted to the same movements and expressions of such characters. Domo-kun in particular offers a very unique world," said Masami Goto, deputy chief of NHK's broadcast bureau.
Read more...